Sabtu, 10 Juni 2023

Khutbah Jumat 3 Maret 2023: Metafora Makna Sya’ban dan Ramadhan, Persiapan Raih Pengampunan

- Kamis, 2 Maret 2023 | 15:00 WIB
 Teks khutbah Jumat tema Sya’ban dan Ramadhan. (Pixabay)
Teks khutbah Jumat tema Sya’ban dan Ramadhan. (Pixabay)
KILAT.COM – Berikut adalah teks khutbah Jumat bertema Sya’ban dan Ramadhan yang mungkin bisa Anda jadikan referensi untuk tanggal 3 Maret 2023.
 
Pada teks khutbah Jumat kali ini, materi yang Kilat.com rangkum adalah tentang metafora makna Sya’ban dan Ramadhan.
 
Mungkin, materi ini pas untuk dibawakan sebagai teks khutbah Jumat esok hari, mengingat kita sudah memasuki bulan Sya’ban, dan sebentar lagi Insya Allah akan menyambut Ramadhan.
 
 
Materi untuk teks khutbah Jumat bertemakan Sya’ban dan Ramadhan ini Kilat.com rangkum pada tanggal 2 Maret 2023 dari ceramah Ustadz Adi Hidayat dalam kanal YouTube-nya, Adi Hidayat Official.
 
 
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
 
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
 
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ. ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ
ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ
 
Hadirin Shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT.
 
Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya, kita semua bisa berkumpul di Masjid ini untuk melaksanakan ibadah Shalat Jumat.
 
Tak lupa, Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW., beserta para keluarganya, sahabatnya, umatnya, termasuk kita semua, hingga akhir zaman.
 
 
آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
 
Hadirin Shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT.
 
Di zaman Jahiliyah, masyarakat Arab tempo dulu berusaha untuk membentuk kelompok-kelompok kecil yang menyebar ke seluruh wilayah padang pasir untuk mencari sumber air.
 
Mereka juga menyiapkan tempat-tempat penampungan air sebagai persiapan menuju bulan ke-sembilan.
 
 
Yakni bulan yang begitu terik, panas, membakar, hingga berpotensi menjadikan sumur-sumur air kering dan bisa membatasi aktivitas.
 
Bulan ke-sembilan yang sangat terik itu disebut dengan Ramadhan. Masyarakat di sana menyebut Ramadhan dari kata Ramadha, yang berarti terik, panas membakar.
 
Jika ingin jadikan bentuknya superlatif, paling, ter-, lebih meningkat lagi, lebih membakar lagi, tambahkan Alif dan Nun di ujungnya.
 
Maka, mereka menyebutnya dengan Ramadhan, yakni bulan, masa, waktu, yang sangat terik, panas membakar.
 
Karena itulah, sebulan sebelumnya, mereka membagi tugas per kelompok untuk menyebar, yang disebut dengan tasya’ub, dan keadaannya disebut dengan Sya'ban.
 
Mereka bertugas menyebar mencari sumber-sumber air, untuk dikumpulkan dan ditampung sebagai persiapan di bulan yang ke-sembilan, yakni Ramadhan.
 
Hadirin Shalat Jumat yang dimuliakan Allah SWT.
 
Di masa Islam, nama-nama bulan ini dipertahankan dalam perjalanan di tahun Hijriah. Namun menariknya, pada bulan Sya'ban hingga Ramadhan, ada pergantian dan pelebaran makna.
 
Dulu, maknanya lebih pada menunjukkan suasana, iklim, cuaca yang panas membakar, terik luar biasa, lalu dibawa secara metafora dalam nilai-nilai syariat dan pendidikan spiritual.
 
Orang-orang yang saat Ramadhan ingin meningkatkan amalnya, membangun ketaatan, meninggalkan maksiat, dan bertobat kepada Allah SWT., maka Ramadhan akan memberikan panas terik untuk membakar dosa-dosanya dan menggugurkan kesalahan-kesalahannya.
 
Juga membuat dirinya kian dekat kepada Allah SWT. dengan taqarrub, atau upaya mendekatkan diri yang sangat indah.
 
Sehingga, dirinya bisa mendapat peluang agar amalnya diterima, diberikan kemuliaan, dan mungkin juga bisa berpotensi wafat dalam keadaan Husnul Khotimah, dan kembali menjadi hamba yang sholeh.
 
Hadirin Shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT.
 
Untuk itu, persiapan sangat diperlukan. Seperti makna yang diambil secara metafora dari bulan sebelumnya, Sya'ban.
 
Banyak orang di masa pra-Islam mengumpulkan air untuk persiapan bulan ke-sembilan, dan metafor air untuk kita siapkan menuju Ramadhan di sini adalah air-air spiritual.
 
Air-air yang bukan hanya melapangkan dahaga kita, menghilangkan haus, tapi yang juga bisa menumbuhkan nilai-nilai ketaatan. yang bisa menggemburkan dan menyuburkan kembali hati-hati yang kering.
 
Sehingga kemudian muncul bunga-bunga amal shaleh, buah-buah kebaikan, yang menggerakkan pohon-pohon ranting-ranting tubuh kita, dari tangan berbuat baik, lisan berkata yang baik, sampai ke ujung kaki.
 
Hingga itu bisa menjadi kebiasaan, sampai di bulan Ramadhan, yang berpotensi menggugurkan dosa, membakar semua kesalahan-kesalahan.
 
Kalau tidak dimulai dari Sya'ban, tidak mudah untuk menjalani Ramadhan.
 
Tidak semua orang yang sampai ke Ramadhan bisa mendapatkan peningkatan takwa, dapat manfaat dari tobatnya, bisa terdorong untuk meningkatkan ketaatan.
 
Belum tentu, kalau dia tidak sungguh-sungguh, kalau dia tidak serius.
 
Karena itu, ayat puasa ketika dihadirkan di QS. Al-Baqarah: 183 itu, penghujungnya Allah SWT. akhiri dengan kalimat La'allakum Tattaqun, “Agar kalian mampu meningkatkan takwa”.
 
La'allakum dikenal dengan huruf yang menunjukkan terpenuhinya satu harapan, namun dengan syarat kesungguhan, keseriusan untuk mewujudkannya.
 
Hadirin Shalat Jumat yang dimuliakan Allah SWT.
 
Karena itu, mari kita manfaatkan bulan Sya'ban ini, yang kita telah masuk kita di awalnya, untuk mengumpulkan banyak air spiritual.
 
Kita latih ibadah, tingkatkan ketaatan, sehingga nanti mampu terbiasa saat masuk ke bulan Ramadhan.
 
Cara yang terbaik, adalah seperti pernah diajarkan Nabi Muhammad SAW.
 
Seperti dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim:
 
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
 
Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA beliau berkata: “Rasulullah SAW. biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah SAW. berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
 
Juga dalam Hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Imam Abu Dawud dan Imam Nasa’i dan Imam Ibnu Khuzaimah, dan dikatakan bahwa Hadits ini shahih.
 
عَنْ  أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ, لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ, قَالَ : ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ, وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ, فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
 
Dari Usamah bin Zaid berkata: Aku bertanya: “Wahai Rasulullah SAW., aku tidak melihatmu berpuasa seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban (karena seringnya), Beliau menjawab: “Bulan itu adalah bulan yang dilalaikan oleh banyak orang, yaitu antara Rajab dan Ramadhan, di bulan itu diangkat amal-amal kepada Allah SWT., dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku berpuasa.”
 
Bisa dilihat, sejak Sya'ban, Nabi SAW. seringkali terlihat banyak menunaikan ibadah siang, yakni puasa, dan mengajarkan kepada kita untuk beradaptasi berpuasa lebih dulu.
 
Juga, untuk meningkatkan amal sholeh, untuk mendapatkan air spiritual sejak bulan Sya'ban.
 
Sehingga ketika terkumpul semua bekal bekal spiritual itu, kita siap memanfaatkan dan menggunakannya di bulan Ramadan.
 
Selain itu, dengan puasa Nabi SAW. di bulan Sya’ban ini, Beliau juga menunjukkan kesan memperbanyak.
 
Memperbanyak latihan, mendekat pada Allah SWT., dan semoga dengan itu benar-benar mengantarkan kesiapan pada bulan Ramadhan untuk membangun ketaatan, dan bisa membakar semua dosa-dosa dan kesalahan yang pernah diperbuat.
 
Alhamdulillah, kita telah sampai di bulan Sya'ban, semoga Allah memberkahi kita, membimbing kita untuk meningkatkan ketaatan, dan kita bisa siap menghadapi Ramadhan.
 
Hadirin yang dimuliakan Allah SWT.
 
Cukup sekian yang ingin saya sampaikan. Mudah-mudahan ini bisa bermanfaat, dan kurang lebihnya saya mohon maaf.
 
Wallahu A’lam Bis Shawab. Billahi Taufik Wal Hidayah,
 
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
 
Demikianlah teks khutbah Jumat bertema Sya’ban yang mungkin bisa Anda bawakan pada tanggal 3 Maret 2023. Semoga bermanfaat. (*)
 

Editor: Risvania Andaresta

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X