Rabu, 7 Juni 2023

Tiran dan Sanafir, Wajah Masa Depan Arab Saudi

- Kamis, 26 Januari 2023 | 22:38 WIB
Pulau Tiran dan Pulau Sanafir. Sumber : Google Map (mushab muqoddas)
Pulau Tiran dan Pulau Sanafir. Sumber : Google Map (mushab muqoddas)

 

Mush’ab Muqoddas Eka Purnomo, Lc

 

Beredar di media massa dan media sosial, Arab Saudi akan memiliki pusat perjudian yaitu di Pulau Tiran dan Pulau Sanafir. Tiran dan Sanafir merupakan dua pulau yang berada di bagian barat Arab Saudi, tepatnya di bagian utara Laut Merah.

Pada tahun 1950, Raja Arab Saudi Abdul Aziz bin Abdurrahman Al Saud menyurati Raja Mesir Faruk I agar menjaga Pulau Tiran dan Pulau Sanafir dari ancaman Israel. Setelah mendeklarasikan diri pada tahun 1948, Israel merupakan salah satu kekuatan yang sangat penting di kawasan Timur Tengah, karena mendapatkan persenjataan yang cukup kuat dan lengkap.

Sementara Arab Saudi, baru berhasil melakukan konsolidasi politik internal negerinya pada tahun 1935. Persenjataan Arab Saudi masih tergolong sangat minim, dan tidak memiliki pasukan Angkatan laut yang cukup kuat.

Berbeda dengan Mesir. Sejak diperintah oleh Dinasti Ali Pasha, Mesir mulai melakukan modernisasi tidak hanya di sektor industri, pertanian dan pendidikan, akan tetapi juga militer. Mesir memiliki angkatan laut yang cukup kuat untuk mempertahankan diri dari berbagai serangan asing.

Walaupun memiliki perbedaan secara pandangan, khususnya dalam hal akidah, Raja Faruk I dan Raja Abdul Aziz Al Saud memiliki kesamaan pandangan terkait Israel. Pandangan tersebut yaitu agar jangan sampai Israel yang telah mengcengkram Tanah Palestina, juga mencaplok wilayah Negara Arab lainnya.

Sayangnya, Presiden Jamal Abdul Nasser yang mengkudeta Raja Faruk I menganggap Pulau Tiran dan Pulau Sanafir merupakan wilayah kedaulatan Mesir. Selama memimpin peperangan melawan Israel, Presiden Nasser menjadikan Pulau Tiran dan Pulau Sanafir sebagai salah satu ujung tombak pertahanan.

Pada Perang 1973 di masa Presiden Anwar Sadat, Mesir mengajak Israel ke meja perundingan. Peperangan berakhir dengan perjanjian damai Camp David yang difasilitasi Amerika Serikat. Pulau Tiran dan Pulau Sanafir dimasukkan dalam wilayah Semananjung Sinai yang harus dikembalikan oleh Israel ke Mesir.

Setelah Presiden Anwar Sadat gugur ditembaki Mayor Khalid Islambuli yang terpengaruh ideologi Jamaah Islamiyah, perundingan dengan Israel terus berjalan. Presiden Husni Mubarak terus berupaya mengembalikan seluruh wilayah Semenanjung Sinai di meja perundingan.

Terakhir, kota Taba berhasil kembali ke pangkuan Mesir pada tahun 1991. Sedangkan kota Om Rusrus yang diklaim milik Mesir, tidak berhasil dikembalikan. Om Rusrus justru menjadi salah satu pelabuhan besar Israel yang bernama Eilat.

Dalam berbagai pertemuan dengan pihak Israel, Presiden Husni Mubarak menyampaikan bahwa Tiran dan Sanafir adalah wilayah otoritas Mesir. Pernyataan tersebut diamini oleh Raja Arab Saudi Khalid bin Abdul Aziz Al Saud.

Secara umum, rakyat Mesir berpandangan bahwa Pulau Tiran dan Pulau Sanafir merupakan wilayah kedaulatan Mesir, dan masuk dalam wilayah provinsi Sinai Selatan. Tidak sedikit jumlah pasukan militer yang ditempatkan untuk menjaga Pulau Tiran dan Pulau Sanafir.

Tiran dan Sanafir merupakan pulau karang yang menjadi salah satu destinasi wisata di provinsi Sinai Selatan. Untuk menuju Pulau Tiran dan Pulau Sanafir, biasanya menggunakan kapal dari kota Sharm El Sheikh.

Halaman:

Editor: Mushab Muuqoddas

Tags

Terkini

Prahara di Mahkamah Agung

Minggu, 7 Mei 2023 | 20:49 WIB

Ganjar, Hadiah Idul Fitri?

Sabtu, 22 April 2023 | 08:13 WIB

Redupnya Adidaya Paman Sam

Minggu, 16 April 2023 | 12:54 WIB

Buya Syafii dan Mbah Moen

Jumat, 14 April 2023 | 12:42 WIB

Ida Dayak dan Cinta Tuhan

Rabu, 12 April 2023 | 13:05 WIB

Mengapa Israel Sangat Berpengaruh di Dunia

Selasa, 4 April 2023 | 07:34 WIB

Kesesatan Penegak Hukum Karena Takut Gaduh

Senin, 27 Maret 2023 | 08:42 WIB

Ekonomi Pancasila dari Perspektif Hankamnas

Jumat, 17 Maret 2023 | 14:23 WIB
X