Hisyam An Najjar
Mantan Jubir Partai Bina wa Tanmiyah, Sayap Politik Jama'ah Islamiyah Mesir
Narasumber Program Nasional Deradikalisasi BNPT RI 2013-2014
Pembahasan terkait kelompok-kelompok Salafi Haroki Irhabi era kontemporer ini selalu terpusat pada kelompok-kelompok berakidah Salafi-Wahhabi saja, seperti yang terjadi di Mesir dan negara-negara lainnya secara umum. Ikhwanul Muslimin beserta organisasi-organisasi yang berasal dari rahim ideologinya yang melakukan aksi-aksi kekerasan bersenjata dari Hizbut Tahrir sampai ke Al Qaeda dan ISIS, memiliki kesamaan akidah, kepercayaan akidah dan pergerakan dengan kelompok-kelompok yang berakidah Salafi-Wahhabi.
Secara aktifitas pergerakan, perbedaan antar kelompok-kelompok Salafi Haroki Irhabi, sangat sedikit bahkan pada suatu masa waktu tertentu kelompok-kelompok Salafi Haroki Irhabi memiliki kepentingan bersama. Seperti contoh di Mesir saat rezim Ikhwanul Muslimin berusaha mempertahankan kekuasaannya, kelompok-kelompok Salafi Haroki Irhabi bersepakat untuk melancarkan serangan baik verbal, fisik atau teror kepada institusi-institusi kenegaraan, atau parpol serta elemen nasionalis dan sekuler. Adapun perbedaan mereka hanya berjarak waktu yang sebentar, seperti di Mesir pada saat perebutan suara konstituen di masa pemilu, mengingat setiap kelompok-kelompok Salafi Haroki Irhabi di Mesir memiliki partai sendiri-sendiri.
Organisasi-Organisasi Terorisme adalah Sayap Militer Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul Muslimin menganggap organisasi-organisasi Salafi Haroki Irhabi yang berhaluan takfiri bersenjata seperti Jama’ah Al Jihad, Jama’ah Islamiyah, Al Qaeda dan ISIS yang berakidah Salafi-Wahhabi sebagai sayap militer untuk mendukung perjuangan Ikhwanul Muslimin dalam melawan yang dicitrakan sebagai teror kaum sekuler garis keras. Pencitraan tersebut sudah ada sejak awal berdirinya Ikhwanul Muslimin pada tahun 1928 termasuk dengan memanfaatkan berbagai kelompok berakidah Salafi-Wahhabi hingga lahirnya Hizbut Tahrir. Termasuk juga memanfaatkan organisasi-organisasi terorisme bersenjata yang oleh para petinggi Ikhwanul Muslimin dianggap sebagai proxy dan sayap kekerasan. Tujuan Ikhwanul Muslimin menggunakan organisasi-organisasi terorisme adalah untuk mempertahankan diri dan menakuti musuh-musuh politik secara tidak langsung, termasuk untuk menekan pemerintah serta menghadapi tentara dan aparat keamanan.
Kerjasama antara Ikhwanul Muslimin dengan organisasi-organisasi terorisme takfiri bersenjata bukan lahir pada masa kini, akan tetapi sudah terjalin lama dalam berbagai peristiwa-peristiwa penting. Seperti contoh Ikhwanul Muslimin memanfaatkan organisasi khusus bersenjatanya untuk mengkudeta Presiden Anwar Sadat, dan kemudian memanfaatkan Jama’ah Islamiyah untuk membunuh Presiden Anwar Sadat. Pasca Arab Spring, Ikhwanul Muslimin memanfaatkan Al Qaeda mengingat Ikhwanul Muslimin dan Al Qaeda memiliki proyek politik atas nama Islam untuk berkuasa. Kerjasama ini jelas adanya dengan seluruh aksi-aksi teror setelah Revolusi 30 Juni 2013 kerjasama dalam aksi lapangan, pergerakan dan teror antara sel-sel teroris Ikhwanul Muslimin dan Al Qaeda terjalin. Setelah Komandan Al Qaeda Mesir, Hisyam Isymawi tertangkap, komandan sel-sel teror Ikhwanul Muslimin, Yahya Musa, mengumpamakannya sebagai Che Guevara, begitu juga sel-sel teroris Ikhwanul Muslimin menggambarkannya sebagai pejuang, revolusioner dan pahlawan dalam melawan kelaliman militer.
Setelah hasil interogasi atas Hisyam Isymawi muncul, terdapat bukti-bukti yang menunjukkan keterkaitan tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin, baik di Mesir dan Libya, dalam kerjasama dan koordinasi lapangan yang menghasilkan keberhasilan pelaksanaan aksi-aksi teror berskala besar seperti ledakan atas Mapolda Dakahlia pada tahun 2013, ledakan atas Mapolda Cairo pada tahun 2014, serangan atas pos militer Farafrah pada Juli 2014, kemudian yang terakhir kali adalah serangan atas perwira-perwira Badan Keamanan Nasional pada tahun 2017.
Gaya Pergerakan Ikhwanul Muslimin Mempengaruhi Semua Organisasi Salafi-Wahhabi
Dari sisi akidah dan pemikiran, kelompok-kelompok Salafi Haroki Irhabi sangat terpengaruh dengan gagasan idealisme Sayid Quthb. Karya-karya Sayid Quthb menjadi kompas bagi pandangan pemikiran dan kebudayaan, termasuk narasi dan wacana yang digambarkan bahwa merubah sistem pemerintahan dengan jalan damai, adalah tidak mungkin. Dan aksi-aksi bersenjata adalah cara yang lebih banyak kemudahannya dalam menggulingkan sistem bernegara.