Minggu, 4 Juni 2023

Konsevasi Budaya ala Jokowi

- Rabu, 14 Desember 2022 | 18:40 WIB
Budayawan Ngatawi Al Zastrouw.
Budayawan Ngatawi Al Zastrouw.

Oleh: Ngatawi Al-Zastrouw

Perhelatan akad nikah dan ngunduh mantu putra bungsu Jokowi, Kaesang Pengarep dengan Irina Gudono bukan sekedar peristiwa pernikahan biasa, tetapi merupakan peristiwa budaya yang memiliki makna penting dalam upaya konservasi budaya, terutama budaya Jawa.

Melalui perhelatan ini, adat dan tradisi pernikahan Jawa dapat diketahui secara massih oleh publik lintas usia, lintas budaya. Berbagai tradisi yang selama ini terpendam oleh zaman karena tuntutan pragmatisme muncul ke permukaan menyentak kesadaran masyarakat.

Tak hanya ritual pernihakan, seperti midodareni, sungkeman, upacara kacar kucur, pengajian dan lain-lain, yang diperagakan dalam perhelatan itu, tetapi juga model busana, kuliner dan kendaraan. Berbagai upacara adat pernikahan memang sering diperagakan oleh para pesohor negeri ini dan ditampilkan ke publik secara luas.

Misalanya proses pernikahan Raffi Ahmad dengan Nagita Slafina yang ditayangkan oleh saa satu TV swasta selama beberapa hari. Juga Pernikahan Lesti Kejora dan Rizky Billar yang juga disiarkan secara langsung oleh stasiun TV. Juga beberapa artis dan pesohor lain yang pernikahannya diliput media massa dan disaksikan masyarakat secara luas.

Baca Juga: Usai Tasyakuran Kaesang, Jokowi Bertolak ke Belgia Hadiri KTT ASEAN-EU

Tanpa berpretensi membandingkan, ada perbedaan antara ernikahan Pernkahan Kaesang-Irena dengan para pesohor tersebut. Pada publikasi para pesohor masyarakat hanya dapat melihat dari layar kaca. Hanya orang-orang tertentu yang dapat mengikuti upacara dan terlibat secara langsung dalam perhelatan tersebut.

Sedangkan dalam perhelatan pernikahan Kaesang-Irena, masyarakat dapat terlibat langsung dalam beberapa upacara, seperti kirab dan begalan. Pada dua upacara ini ribuan masyarakat  terlibat secara langsung sehingga dapat melihat dan merasakan apa yang terjadi. Ini berbeda dengan masyarakat yang melihat dari layar kaca.

Ada beberapa hal menarik yang dapat dijadikan catatan dari perhelatan ngunduh mantu pak Jokowi terkait dngan upaya konservasi budaya; pertama, upaya konservasi budaya tidak hanya dilakukan secara legal formal, seperti membuat kebijakan dan aturan hukum (Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Perda dan sejenisnya) tetapi juga dapat dilakukan secara kultural. Yaitu melaksanakan berbagai ritual tradisi dengan melibatkan masyarakat.

Dengan cara ini masyarakat tidak hanya dapat mengetahui keberadaan suatu rotual tradisi tetapi dapat merasakan secara nyata pelaksanaan ritual tersebut. Dengan kata lain, keterlibatan masyarakat secara langsung dalam suatu ritual tradisi tidak hanya menyentuh dimensi kognitif tetapi juga dimensi efektif (emosi). Inilah dampak perhelatan pernikahan yang dilakukan oleh Pak Jokowi.

Baca Juga: 5 Cuitan Twitter Kaesang Pangarep di Hari Pernikahan: Nggak Ada Amplop Sama Sekali!

Kedua, konservasi budaya akan efektif jika dilakukan oleh para elit. Artinya konservasi budaya melalui praktek akan memiliki dampak luas yang ljika dilakukan oleh para pejabat tinggi atau kelompk elit. Posisi pak Jokowi sebagai Presiden merupakan faktor penting dalam upaya konservasi. Dengan kata lain kekuasaan (politik, ekonomi maupun kultural) memiliki power  yang signifikan dalam konservasi budaya.

Kondisi seperti ini mapaknya disadari betul oleh pak Jokowi. Beliau memanfaatkan posisi sebagai sebagai seorang presiden untuk menggerakkan seluruh komponen masyarakat agar telibat melakukan konservasi budaya melalui upacara ngundh mantu. Sebagaimana dinyatakan Pak Jokowi di hadapan wartawan: “Budaya adalah warisan para leluhur. Mengenalkan budaya kita adalah kewajiban. Mencintai budaya adalah kewajiban kita bersama”.

Selanjutnya beliau menyatakan bahwa perhelatan ngunduh mantu ini merupakan upaya nguri-uri (melestarikan) budaya Agar karakter kita, karakter budaya kita bisa semakin kita cintai.

Halaman:

Editor: Risvania Andaresta

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Prahara di Mahkamah Agung

Minggu, 7 Mei 2023 | 20:49 WIB

Ganjar, Hadiah Idul Fitri?

Sabtu, 22 April 2023 | 08:13 WIB

Redupnya Adidaya Paman Sam

Minggu, 16 April 2023 | 12:54 WIB

Buya Syafii dan Mbah Moen

Jumat, 14 April 2023 | 12:42 WIB

Ida Dayak dan Cinta Tuhan

Rabu, 12 April 2023 | 13:05 WIB

Mengapa Israel Sangat Berpengaruh di Dunia

Selasa, 4 April 2023 | 07:34 WIB

Kesesatan Penegak Hukum Karena Takut Gaduh

Senin, 27 Maret 2023 | 08:42 WIB

Ekonomi Pancasila dari Perspektif Hankamnas

Jumat, 17 Maret 2023 | 14:23 WIB
X