Minggu, 4 Juni 2023

Dilema Ekonomi Dunia di Tengah Populasi 8 Milyar

- Senin, 12 Desember 2022 | 08:30 WIB
 (Instagram.com/@amir_uskara)
(Instagram.com/@amir_uskara)

Oleh Dr. H.M. Amir Uskara

Anggota DPR RI/Ketua Fraksi PPP

Kiamatkah bumi dengan populasi 8 Milyar? No!

Bumi tetap akan baik-baik saja. Tapi dengan sarat. Pinjam Mahatma Gandhi: Planet bumi menyediakan cukup untuk kebutuhan manusia. Tapi tidak untuk keserakahannya. Itulah saratnya. Manusia tidak serakah

Ketika PBB mengumumkan, penduduk bumi – global population – mencapai 8 Milyar sejak 15 November 2022, dunia internasional heboh. Banyak orang yang cemas – mampukan bumi memproduksi makanan untuk manusia? Mampukah atmosfir mengakomodasi polusi gas rumah kaca? Mampukah manusia mengantisipasi iklim bumi yang memanas?

Jawabnya: tergantung manusia di bumi. Sebab, populasi 8 M itu, tidak menyebar rata di muka planet biru ini. Tapi mengeblok di beberapa negara. Itu pun, kondisinya berbeda-beda. Ada negara yang jusru populasinya makin turun. Sebaliknya, ada negara yang populasinya makin naik.

Jepang, misalnya, diperkirakan tahun 2060, penduduknya nyaris tinggal separuh dari sekarang. Di Negeri Sakura ini, populasinya terus menyusut. Begitu pula di Spanyol, Portugal, Yunani, Bulgaria, Hongaria, Serbia, Kroasia, Ukraina, dan lain-lain.

Ya. Di beberapa negara Eropa, jumlah penduduk justru makin berkurang. Sayangnya, berkurangnya penduduk di sebagian negara-negara tersebut, masih kalah jauh dibanding penambahan penduduk di negara-negara berkembang di Asia dan Afrika. Walhasil, penduduk dunia pun makin bertambah.

Di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Jerman, dan Prancis jumlah penduduk relatif stagnan. Bahkan mengalami pertumbuhan negatif yang serius seperti Jepang dan Spanyol. Kondisi ini, menimbulkan anomali. Negera maju dengan prosentase penduduk global kecil, tapi menguras sumber daya alam (SDA) yang amat besar. Gaya hidup penduduk negera maju dengan konsumsi berlebihan akan menjadi masalah besar bagi iklim dan lingkungan hidup manusia.

Kita tahu, pengaruh global warming dan kerusakan lingkungan hidup sifatnya menyeluruh; saling terkait karena samudera dan udara tak bisa dikerangkeng. Dampaknya planet bumi – pinjam David Suzuki -- “meregang nyawa”. Dari situlah kita memahami ucapan Mahatma Gandhi di atas, bumi tidak mampu untuk memenuhi keserakahan manusia.

Berdasarkan laporan Worldometers, ada 10 negara penyumbang populasi terbanyak di dunia. Yaitu Tiongkok: (1,45 Milyar penduduk), India (1,41 M), Amerika Serikat (335,67 Jt) Indonesia (280,56 Jt), Pakistan (231,56 Jt), Nigeria (219,02 Jt), Brasil (216,2 juta orang), Bangladesh (168,67), Rusia (146,08 juta), dan Meksiko (132,22 Juta). Celakanya, sebagian besar populasi negara-negara tersebut masih berkubang dalam lumpur kemiskinan. Termasuk penduduk Tiongkok, India, dan Amerika.

Di negeri terakhir yang konon adidaya tersebut, jumlah orang miskin tiap tahun makin bertambah. Tapi ironisnya di negeri ini pula, orang-orang kayanya sangat serakah. Mereka mengumpulkan pundi-pundi kekayaannya dengan mengeksploitasi SDA di seluruh dunia.

Yang jadi persoalan, bumi adalah sebuah planet yang utuh. Saling terhubung baik melalui samudera maupun udara. Beda dengan negara-negara yang berada di atas bumi. Mereka tersekat dan kadang saling menyikat.

Maka, dilema yang muncul ketika populasi bumi 10 M, pertama-petama adalah polusi udara dan laut. Atau polusi atmosfir dan samudera. Tak ada manusia maupun negara yang mampu membendung pergerakan udara di atmosfir dan ombak di samudera.

Halaman:

Editor: Rinda Putri Tsani

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Prahara di Mahkamah Agung

Minggu, 7 Mei 2023 | 20:49 WIB

Ganjar, Hadiah Idul Fitri?

Sabtu, 22 April 2023 | 08:13 WIB

Redupnya Adidaya Paman Sam

Minggu, 16 April 2023 | 12:54 WIB

Buya Syafii dan Mbah Moen

Jumat, 14 April 2023 | 12:42 WIB

Ida Dayak dan Cinta Tuhan

Rabu, 12 April 2023 | 13:05 WIB

Mengapa Israel Sangat Berpengaruh di Dunia

Selasa, 4 April 2023 | 07:34 WIB

Kesesatan Penegak Hukum Karena Takut Gaduh

Senin, 27 Maret 2023 | 08:42 WIB

Ekonomi Pancasila dari Perspektif Hankamnas

Jumat, 17 Maret 2023 | 14:23 WIB
X