KILAT.COM- Banyak Umat Islam yang hanya mengetahui anak Ali bin Abi Thalib dengan Siti Fatimah Az Zahra hanya Hasan dan Husain. Padahal, keduanya memiliki lima anak yaitu Hasan, Husain, Zainab, Umi Kultsum dan Muhsin.
Kelima anak Ali bin Abi Thalib dan Siti Fatimah lahir pada waktu yang hampir bersamaan. Hasan lahir pada tahun ketiga hijriyah, Husain lahir pada tahun keempat Hijriyah, Zainab lahir pada tahun kelima hijriyah, Umi Kultsum lahir pada tahun keenam hijriyah dan Muhsin lahir pada tahun kedelapan hijriyah. Muhsin wafat pada usia masih kecil, berbeda dengan keempat saudaranya yang tumbuh besar.
Zainab dalam Mu’jam Al Wasith terbitan Kementerian Pendidikan dan Pengajaran Mesir, berarti mawar putih. Tetapi, kata Zainab dalam buku Badrut Tamam karya Syaikh Hisyam Al Kamil berarti perempuan yang kuat, perempuan yang pengasih dan perempuan yang cerdas.
Siti Zainab RA merupakan cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW. Saat lahir, Siti Fatimah meminta suaminya Ali bin Abi Thalib memberikan nama. Tetapi suaminya meminta mertuanya, Nabi Muhammad SAW memberikan nama, dan bayi putri tersebut diberikan nama Zainab.
Putri pertama Nabi Muhammad SAW dari istrinya Siti Khadijah bernama Zainab yang menikah dengan sepupunya dari ibunya, Abi Al Ash bin Rabi. Keduanya memiliki anak yaitu Ali dan Siti Umamah.
Nabi Muhammad SAW memiliki rasa cinta yang sangat besar kepada Siti Zainab. Setelah Nabi Muhammad SAW pulang dari perjalanan dari luar Madinah, Nabi Muhammad SAW sebelum pulang ke rumahnya menuju rumah Siti Fatimah, mencari dan menggendong Siti Zainab di dadanya.
Siti Zainab secara fisik kecantikannya mewarisi kecantikan neneknya, Siti Khadijah. Adapun akhlaknya, sangat dekat dengan ibunya, Siti Fatimah.
Siti Zainab menikah dengan saudara sepupunya Abdullah bin Ja’far bin Abdul Muthalib, dan dikaruniai tiga orang anak yaitu Aun Al Akbar, Ali Al Akbar dan Umi Kultsum. Aun Al Akbar dan Ali Al Akbar gugur di Karbala bersama Ahlul Bait lainnya.
Syaikh Hisyam Al Kamil dalam kitab Badrut Tamam menjelaskan banyaknya Ahlul Bait yang memiliki nama yang sama, merupakan upaya untuk menjaga nasab dan mengingat jati diri mereka. Salah satunya adalah Hasan bin Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib, yang dikenal dengan Hasan Al Mutsalats.
Siti Zainab ikut serta menemani kakaknya Husain bin Ali ke Karbala. Saat di Karbala, Siti Zainab tidak henti-hentinya berdo’a agar seluruh anggota Ahlul Bait selamat khususnya mereka yang perempuan. Tidak ada satupun laki-laki dari Ahlul Bait yang selamat kecuali Ali bin Husain yang dikenal dengan Ali Zainul Abidin yang masih kecil.
Semua perempuan Ahlul Bait ditawan dibawa ke Damaskus dan dihadapkan kepada Yazid bin Muawiyah. Siti Zainab maju sebagai juru bicara yang membuay gentar Yazid bin Muawiyah, sehingga semua tawanan dibebaskan dan dikembalikan ke Madinah.
Yazid bin Muawiyah menyiapkan sejumlah perbekalan dan harta untuk rombongan Ahlul Bait yang kembali ke Madinah akan tetapi Siti Zainab menolaknya. Tidak ada sepeserpun harta dari Yazid bin Muawiyah yang diterima oleh Siti Zainab maupun Ali Zainul Abidin.
Gubernur Madinah Umar bin Said khawatir dengan keberadaan Siti Zainab di Madinah akan meningkatkan amarah rakyat Madinah dan memberontak untuk menggulingkan pemerintahan Bani Umayah di Damaskus. Yazid bin Muawiyah kemudian memerintahkan Umar bin Said untuk menyampaikan kepada Siti Zainab, untuk keluar Madinah, memilih negeri mana yang mereka suka kecuali Madinah dan Makkah.
Siti Zainab kemudian memilih Mesir sebagai tempat pengasingan. Gubernur Mesir Maslamah bin Mukhlid Al Anshari dan rakyat Mesir menyambut kedatangan Siti Zainab dengan suka cita.