Ada keseimbangan dalam segala urusannya. Termasuk dalam masalah makan, minum, dan tidur. Namun bukan di sini tempatnya membahas secara mendetail tentang gaya hidup sehat ala Nabi ﷺ.
2. Persiapan ruh dan mental
Terkait pengkondisian ruh dan mental agar sangat siap dalam melaksanakan shiyam Ramadhan sebulan penuh, ada petunjuk dari Nabi ﷺ dalam bentuk sunnah fi’liyah atau sunnah berbentuk perbuatan yang relevan dengan masalah ini.
Sunnah fi’liyah ini adalah memperbanyak shiyam sunnah di bulan Sya’ban. Ini bisa dimaknai sebagai sebuah pengkondisian ruh dan kejiwaan, agar sangat siap melaksanakan shiyam di bulan Ramadhan.
Dalam sebuah hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,”Rasulullah ﷺ biasa melaksanakan puasa hingga kami berkata,’Beliau terus menerus berpuasa.’ Dan beliau ﷺ juga biasa tidak berpuasa sunnah hingga kami berkata,’Beliau tidak pernah berpuasa.’
Aku tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali di bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa (sunnah) lebih banyak dibanding puasa di bulan Sya’ban.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (1969)]
Dalam riwayat yang lain ’Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,” …Aku tidak melihatnya dalam keadaan puasa pada suatu bulan pun yang lebih banyak dari puasanya di bulan Sya’ban. Beliau biasa berpuasa di bulan Sya’ban secara penuh. Beliau biasa hanya beberapa hari sedikit saja tidak berpuasa di bulan Sya’ban.” [Hadits riwayat Muslim 1156]
Oleh karena itu, seyogyanya seorang Muslim memperbanyak puasa di bulan Sya’ban berdasarkan hadits ini. Para ahli ilmu berkata, ”Puasa Sya’ban itu seperti sunnah-sunnah rawatib dalam hubungannya dengan shalat lima waktu. Puasa di bulan Sy’a’ban itu seolah merupakan pendahuluan bagi bulan Ramadhan.
Artinya, seakan-akan puasa Sya’ban itu merupakan sunnah rawatib bagi bulan Ramadhan. Oleh karena itu, disunnahkan puasa di bulan Sya’ban dan disunnahkan pula puasa 6 hari di bulan Syawal, sebagaimana sunnah rawatib sebelum dan sesudah shalat lima waktu.” [Majmu’ Fatawa Ibnu ‘Utsaimin 30/22-23]
3. Persiapan ilmu
Yang diharapkan dari kaum muslimin baik laki-laki maupun perempuan adalah hendaknya mereka memperhatikan pendalaman hukum-hukum syar’i terkait dengan ibadah dan amal shaleh yang akan mereka jalankan di waktu yang diberkahi ini.
Di antara cara yang bisa dilakukan misalnya adalah dengan membaca buku-buku, mendengarkan kajian lewat rekaman audio atau video, atau bisa juga dengan menghadiri majlis-majlis ilmu dan pengajian-pengajian.
Yang terbaik memang dengan menghadiri majlis ilmu atau pengajian seorang ustadz yang terpercaya ilmu, agama dan akhlaknya karena bisa bertanya secara langsung persoalan agama atau hukum syar’i yang tidak dipahami kepada ahli ilmu yang menjadi nara sumber di majlis tersebut.
Sedangkan bila sekedar membaca buku, atau mendengar rekaman audio dan video itu ada kekurangan berupa tidak bisa menanyakan atau mendiskusikan secara langsung hal-hal yang dirasa masih belum jelas, atau masih ada bagian yang tidak dipahami.
Bila menyimpulkan sendiri kadang belum tentu benar, karena terbatasnya perangkat ilmu yang dimiliki. Wallahu a’lam.
4. Menyiapkan program praktis untuk memanfaatkan bulan Ramadhan
Agar seorang Muslim mampu memanfaatkan bulan Ramadhan dengan semaksimal mungkin, maka perlu dirumuskan agenda amal ketaatan dan ibadah apa saja yang hendak dilakukan selama bulan Ramadhan betapa pun sederhananya rancangan tersebut.
Sekedar contoh program praktis tersebut misalnya:
Artikel Terkait
Khutbah Jumat Singkat 10 Maret 2023 Tentang Persiapan Rohani Menyambut Ramadhan
Teks Khutbah Jumat Singkat untuk 10 Maret 2023 Tema: Nisfu Syaban dan Kebersamaan Jelang Ramadhan 2023
Materi Khutbah Jumat Hari Ini 10 Maret 2023: Marhaban Ya Ramadhan Sambut Bulan Suci dengan Diri yang Bersih
Teks Khutbah Jumat Singkat: Memantaskan Diri Menyambut Ramadhan
Khutbah Jumat Singkat Terbaru: Mari Sambut Ramadhan dengan Ilmu