KILAT.COM – Saat ini, kita sudah berada di pertengahan bulan Sya’ban, dan Insya Allah sekitar lima belas hari lagi akan memasuki Ramadhan.
Namun, tahukah kita apa sebenarnya Sya’ban dan Ramadhan? Dari mana asal atau awal mula kata ini, apa arti dan maknanya.
Selain itu, apa keutamaan bulan Sya’ban, juga bahwa bulan ini adalah bulan persiapan untuk menghadapi Ramadhan?
Dirangkum Kilat.com dari kanal YouTube Adi Hidayat Official pada tanggal 7 Maret 2023, Ustadz Adi Hidayat pernah menyampaikan materi berkenaan bulan Sya’ban dan Ramadhan ini.
Ia menjelaskan awal mula kata ini, yakni pada bulan ke-delapan, masyarakat Arab di zaman Jahiliyah berusaha membentuk kelompok-kelompok kecil yang menyebar ke seluruh wilayah padang pasir untuk mencari sumber air.
Mereka juga menyiapkan tempat-tempat penampungan air, dan ini mereka lakukan sebagai persiapan menuju bulan ke-sembilan.
Yakni bulan yang begitu terik, panas, membakar, hingga berpotensi menjadikan sumur-sumur air kering dan bisa membatasi aktivitas.
Bulan ke-sembilan yang sangat terik itu disebut dengan Ramadhan. Masyarakat di sana menyebut Ramadhan dari kata Ramadha, yang berarti terik, panas membakar.
Jika bentuknya ingin dijadikan superlatif, paling, ter-, lebih meningkat dan membakar lagi, Alif dan Nun ditambahkan di ujungnya.
Maka, mereka menyebutnya dengan Ramadhan, yakni bulan, masa, waktu, yang sangat terik, panas membakar.
Karena itulah, sebulan sebelumnya, mereka membagi tugas per kelompok untuk menyebar, yang disebut dengan tasya’ub, dan keadaannya disebut dengan Sya'ban atau berpindah.
Mereka bertugas menyebar mencari sumber-sumber air, untuk dikumpulkan dan ditampung sebagai persiapan di bulan ke-sembilan, yakni Ramadhan.
Baca Juga: Jauh dari Kata Mewah! Kakak Mario Dandy Satriyo, Christofer Dhyaksa Dharma Pilih Hidup Sederhana
Di masa Islam, dalam perjalanan di tahun Hijriah, nama-nama bulan dari mulai Muharram hingga Dzulhijjah dipertahankan. Namun, untuk bulan Sya'ban hingga Ramadhan, ada pergantian dan pelebaran makna.
Yang sebelumnya maknanya lebih pada menunjukkan suasana, iklim, cuaca yang panas membakar, terik luar biasa, lalu dibawa secara metafora dalam nilai-nilai syariat dan pendidikan spiritual.
Bagi orang-orang yang saat Ramadhan ingin meningkatkan amalnya, membangun ketaatan, meninggalkan maksiat, dan bertobat kepada Allah SWT, maka Ramadhan akan memberikan panas terik untuk membakar dosa-dosanya dan menggugurkan kesalahan-kesalahannya.
Dengan begitu, orang-orang tersebut bisa berpeluang amalnya diterima, dimuliakan, bisa berpotensi wafat dalam keadaan Husnul Khotimah.
Karena itulah, perlu persiapan untuk menghadapi Ramadhan. Seperti diambil secara metafora maknanya dari bulan sebelumnya, Sya'ban.
Banyak orang di masa pra-Islam mengumpulkan air untuk persiapan bulan Ramadhan. Ini kita ubah maknanya secara metafora, menjadi mencari air-air spiritual, bekal dan persiapan untuk menghadapi bulan Ramadhan.
Air-air spiritual yang bukan sekadar untuk menghilangkan dahaga kita, tapi yang juga bisa menumbuhkan nilai-nilai ketaatan, yang bisa menyuburkan kembali hati-hati yang kering.
Lalu, itu dijadikan kebiasaan hingga sampai di bulan Ramadhan, yang berpotensi menggugurkan dosa, membakar semua kesalahan-kesalahan.
Caranya, dengan melatih ibadah, meningkatkan ketaatan, sehingga nanti mampu terbiasa saat masuk ke bulan Ramadhan.
Bahkan, Nabi Muhammad SAW. pernah mengajarkan cara terbaiknya. Seperti dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
Diriwayatkan dari Aisyah r.a., beliau berkata: “Rasulullah SAW. biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah SAW. berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
Juga dalam Hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Imam Abu Dawud dan Imam Nasa’i dan Imam Ibnu Khuzaimah, dan dikatakan bahwa Hadits ini shahih.
عَنْ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ, لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ, قَالَ : ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ, وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ, فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Dari Usamah bin Zaid berkata: Aku bertanya: “Wahai Rasulullah SAW., aku tidak melihatmu berpuasa seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban (karena seringnya), Beliau menjawab: “Bulan itu adalah bulan yang dilalaikan oleh banyak orang, yaitu antara Rajab dan Ramadhan, di bulan itu diangkat amal-amal kepada Allah SWT., dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku berpuasa.”
Nabi SAW. mencontohkan secara langsung kepada kita untuk meningkatkan amal sholeh di bulan Sya’ban, juga agar kita beradaptasi puasa lebih dulu sebelum memasuki Ramadhan, dengan banyaknya Beliau berpuasa di bulan ini.
Karena, kalau tidak dimulai dari Sya'ban, tidak akan mudah untuk menjalani Ramadhan.
Untuk bisa mendapatkan peningkatan takwa, mendapat manfaat dari tobat kita, dan terdorong untuk meningkatkan ketaatan di bulan Ramadhan, itu harus serius dan sungguh-sungguh.
Kita tak akan bisa sungguh-sungguh jika tak bersiap sebelumnya, tak memulai, dan tak membiasakannya sejak bulan Sya’ban.
Karena itu, ketika ayat puasa dihadirkan di QS. Al-Baqarah: 183, pada penghujungnya Allah SWT. akhiri dengan kalimat La'allakum Tattaqun, “Agar kalian mampu meningkatkan takwa”.
La'allakum dikenal dengan huruf yang menunjukkan terpenuhinya satu harapan, namun dengan syarat kesungguhan, keseriusan untuk mewujudkannya.
Karena itu, mari kita manfaatkan bulan Sya'ban ini, untuk mengumpulkan banyak air spiritual. Berlatih, hingga terbiasa dan bisa sungguh-sungguh saat sampai di bulan Ramadhan.
Mudah-mudahan Allah SWT. membimbing kita untuk meningkatkan ketaatan, dan kita bisa siap menghadapi Ramadhan. (*)
Artikel Terkait
Tata Cara Sholat Taubat Malam Nisfu Syaban 2023, Lengkap dengan Doa-doa untuk Memohon Ampunan
Surat Yasin 83 Ayat Tulisan Arab, Latin, dan Terjemahan untuk Dibaca 3 Kali pada Malam Nifsu Syaban
Malam Nisfu Syaban Jatuh Pada Hari Ini, Selasa 7 Maret 2023, Berikut Tata Caranya sampai Amalan Khususnya
10 Kata-kata Permintaan Maaf Nifsu Syaban Penuh Ketulusan
20+ Twibbon Nifsu Syaban Berdesain Menarik dan Format PNG