Jumat, 9 Juni 2023

Sastra Bulan Purnama Edisi 130 Digelar Pekan Ini, Bertajuk 'Puisi Purnama di Bulan Juli'

- Kamis, 21 Juli 2022 | 08:21 WIB
Sastra Bulan Purnama Edisi 130 Digelar Pekan Ini, Bertajuk 'Puisi Purnama di Bulan Juli' (dok. Ist).
Sastra Bulan Purnama Edisi 130 Digelar Pekan Ini, Bertajuk 'Puisi Purnama di Bulan Juli' (dok. Ist).

JAKARTA, kilat.com- Kali ini, Sastra Bulan Purnama edisi 130, yang akan digelar Sabtu, 23 Juli 2022 pukul 15.00 di Pendapa Tembi Rumah Budaya, Jl.Parangtritis Km 8,5, Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, diberi tajuk ‘Puisi Purnama Di Bulan Juli’

Enam penyair, satu di antaranya dari Magelang, 5 penyair lainnya dari Yogya, akan membacakan puisi karyanya. Enam  Penyair itu ialah, Dedet Setiaidi (Magelang), Afnan Malay, Syam Chandra, Sutirman Eka Ardhana dan Umi Kulsum dari Yogyakarta. Selain penyair akan tampil sebagai pembaca tamu, ialah Sri  Surya Widati, Bupati Bantul periode 2010-2015, Dwi Pudyaningsih, istri Wakil Bupati Bantul, Dhanu Priya Prabowo, ahli sastra Jawa, R.Toto Sugiarta, jurnalis, novelis dan Meuz Prast, perupa.

Para penyair yang akan tampil dari generasi usia yang berbeda. Sutirman Eka Ardhana dan Merjuddin sejak tahun 1970-an sudah mulai menulis, dan keduanya ikut Persada Studi Klub (PSK) asuhan Umbu Landu Paranggi. Akhir tahun 1970an  Eka, demikian panggilan Sutirman Eka Ardhana, menjadi redaktur rubrik ‘Renas’ harian Berita Nasional, rubrik sastra yang menjadi ajang calon2 penyar berproses.

Marjuddin aktif di PSK tidak lama, karena keburu bubar. Umbu, pengasuhnya meninggalkan Yogya, dan pindah di Bali. Marjuddin menempuh belajar di IKIP Negeri Karangmalang, sekarang Universitas Negeri Yogyakarta, dan proses kepenyairannya di antaranya melalui rubrik Renas asuhan Eka Ardhana. Keduanya usianya selisih 1 tahun. Eka kelahiran tahun 1953, Marjuddin kelahiran tahun 1954.

Tiga penyair lainnya, Afnan Malay, Dedet Setiadi dan Syam Chandra seangkatan. Ketiganya pertengahan tahun 1980-an sudah aktif menulis puisi, dan di tahun 1990an, keduanya termasuk produktif dan saling berkompetisi bersama penyair2 lainnya untuk berlomba puisinya dimuat di media cetak, baik media lokal maupun media nasional.

Penyair yang lebih muda dari lima penyair lainnya, Umi Kulsum. Ia, mulai terlihat dalam pergaulan kepenyairan tahun 2000-an,  dan rajin menulis puisi. Sampai sekarang ia tidak lelah menulis puisi.

Enam penyair di atas, semuanya telah memiliki buku puisi tunggal karyanya. Selain itu, puisi2nya dipublikasikan dalam bentuk antologi puisi bersama dengan penyair Indonesia lainnya. Menyangkut Sutirman Eka Ardhana, selain dikenal sebagai penyair, dia juga tekun menjalani profesi wartawan. Dua bidang penulisan di tempuh: jurnalis dan sastra.

Koordinator Sastra Bulan Purnama, Ons Untoro menyebutkan, enam penyair yang ditampilkan ini bukan wajah baru di komunitas Sastra Bulan Purnama (SBP), karena keenamnya sudah sering tampil membacakan puisinya di SBP.

“Bahkan Umi Kulsum sejak lama ikut membantu sebagai MC setiap Sastra Bulan Purnama digelar” ujar Ons Untoro.

Masing-masing penyair, selain membacakan puisi karyanya,  puisinya juga akan dibacakan oleh sahabatnya, yang aktif di sastra seperti Dhanu Priyo Prabowo, ahli sastra Jawa, R.Totok Sugiarta, novelis dan cerpenis, serta seorang perupa, Meuz Prast.

“Selama ini, Sastra Bulan Purnama (SBP), yang sudah  jalan lebih dari 10 tahun, memang selalu menampilkan para pecinta puisi untuk tampil ikut membacakan puisi karya penyair yang sedang ditampilkan dalam SBP,” ujar Ons Untoro. (*)

Editor: Muhammad Ivan Rida

Tags

Terkini

X